+++++ SMA MUHAMMADIYAH KOTA TEGAL +++++

Kamis, 26 Februari 2009

Latihan Pra Ujian Nasional Tahap I

Assalamualaikaum Wr. Wb

Sehubungan dengan telah semakin dekatnya Ujian Nasional Tahun Ajaran 2008/2009 maka SMA Muhammadiyah Kota Tegal akan melaksanakan Latihan Ujian Nasional Tahap I yang InsyaAllah akan diselenggarakan pada tanggal 5 s/d 7 Maret 2009.
Latihan Ujian Nasional Tahan I ini di khususkan bagi Kelas XII yang sudah masuk daftar DNS (daftar Nominasi sementara) UN 2008/2009, dengan harapan mempunyai persiapan serta sebagai ajang ujicoba dalam menghadapi UN TA 2008/2009.
Sedangkan bagi siswa kelas X dan XI belajar dirumah mulai tanggal 5 maret 2009, dan mohon orang tua siswa dapat membimbing dan membina siswa ketika libur dan masuk KBM tanggal 10 Maret 2009.

Jadwal Latihan Ujian Nasional Tahap I adalah sebagai berikut

NO.

HARI/ TANGGAL

WAKTU

MATA PELAJARAN

Ket

IPA

IPS

1

Kamis,

5 Maret 2009

07.30 – 09.00

Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

07.00 - 07.15 Tadarus Al Qur'an

07.15 - 07.30 Isi Data Peserta

07.30 Mulai mengerjakan

09.30–11.00

Biologi

Sosiologi

2

Jum’at,

6 Maret 2009

07.30 – 09.00

Bahasa Inggris

Bahasa Inggris

09.30– 11.00

Matematika

Matematika

3

Sabtu,

7 Maret 2009

07.30 – 09.00

Fisika

Geografi







semoga dengan Latihan Ujian Nasional Tahap I ini dapat menjadi barometer dalam menghadapi Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2008/2009

Wassalamualikum Wr. Wb


[ Read More.. ]

Rabu, 25 Februari 2009

Iptek, Politik, dan Politisi

Iptek, Politik, dan Politisi

Oleh : NINOK LEKSONO

Kompas Rabu 25 Februari 2009

”Hanya ilmu pengetahuan sajalah yang dapat memecahkan masalah-masalah kelaparan dan kemiskinan, insanitasi dan buta aksara, takhayul dan hilangnya adat istiadat, habisnya sumber daya, atau sebuah negeri kaya yang didiami oleh penduduk miskin…. Siapakah sesungguhnya yang sanggup mengabaikan iptek sekarang ini? Pada setiap kesempatan kita pasti membutuhkan bantuannya.... Masa depan ditentukan oleh iptek dan orang-orang yang bersahabat dengannya.

(Jawaharlal Nehru, dikutip dari ”India Perspectives”, 8/2008)

Politik ternyata juga kemauan. Semasa memerintah, Presiden George W Bush banyak memveto isu lingkungan. Misalnya, Protokol Kyoto tidak mau ia tanda tangani. Lalu, ketika Negara Bagian California minta persetujuan untuk menetapkan sendiri aturan mengenai emisi gas rumah kaca dari mobil dan truk, Bush menolak. Kini, setelah menjadi presiden, Barack Obama meninggalkan pendekatan pasif Bush terhadap lingkungan. Menanggapi permintaan California, Obama, 26 Januari lalu, segera memanggil Badan Perlindungan Lingkungan untuk mempertimbangkan permintaan tersebut.

Kalau saja California mendapat persetujuan dari Obama, akan ada 13 negara bagian, dan diyakini akan bertambah lagi, yang akan menerapkan peraturan serupa. Sebagai konsekuensinya, pabrik pembuat mobil di Amerika dan di tempat lain akan dipaksa untuk memproduksi mobil dan truk yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dibandingkan dengan yang ada sekarang ini, dan itu dilakukan dalam tempo lebih cepat (IHT, 28/1).

Keputusan mengenai California di atas tidak saja penting untuk menghasilkan kendaraan hemat bahan bakar minyak, tetapi juga memperlihatkan komitmen Presiden Obama dalam upaya menanggulangi meningkatnya gas-gas rumah kaca.

Kalau George W Bush memulai pemerintahan dengan meninggalkan janji kampanye untuk meregulasi gas karbon dioksida dan dengan mundur dari Persetujuan Kyoto, Obama memulai pemerintahannya dengan sinyal jelas, ia tidak akan ragu- ragu menggunakan wewenang pengaturan yang diberikan oleh Akta Udara Bersih dan aturan lain yang ada di tingkat federal untuk memerangi pemanasan global.

Lebih jauh lagi, Obama juga memerintahkan Departemen Transportasi untuk merampungkan standar efisiensi BBM nasional, seperti dikehendaki oleh RUU Energi tahun 2007. Standar-standar ini akan menuntut peningkatan efisiensi BBM pada mobil dan truk ringan Amerika, dari sekarang rata-rata 27 mil per galon menjadi 35 mil per galon.

Peran politik dan politisi

Dari kasus AS dan khususnya Negara Bagian California, tampak bahwa campur tangan politik/pemerintah sangat besar. Akan tetapi, yang juga tidak kalah menentukannya adalah peranan politisi.

Tampak bahwa isu-isu iptek, termasuk lingkungan di dalamnya, semakin penting dewasa ini. Namun, ada berapa banyakkah negarawan dan politisi yang punya visi dan wawasan tentang iptek seperti halnya pemimpin India yang ucapannya dikutip di atas? Atau yang mau membuat terobosan kebijakan seperti halnya Presiden Obama?

Tentu dari waktu ke waktu pemimpin Indonesia menampilkan komitmen terhadap iptek. Cikal bakal riset nuklir, bahkan peroketan, sudah muncul di era Bung Karno. Semasa kepemimpinan Pak Harto lahir pula visi iptek seperti pemanfaatan sistem komunikasi satelit domestik dan pengembangan industri kedirgantaraan. Sayang di era reformasi kepemimpinan berlangsung pendek sehingga pemimpin tak cukup waktu untuk mengembangkan visi iptek.

Keadaan sekarang, terlebih- lebih di era pemilu, di masa krisis ekonomi pula, tampak semakin memprihatinkan. Kalangan politisi bisa dikatakan tak menaruh perhatian terhadap iptek, sebagaimana juga partai-partai politik. Berapa parpol yang pernah mengusung iptek sebagai program atau tema kampanye?

Ketika era semakin sarat diwarnai pemanfaatan iptek, tiadanya visi iptek di kalangan elite tak jarang lalu membuat bangsa kedodoran ketika menghadapi berbagai fenomena perubahan alam, kemajuan iptek, juga impitan krisis ekonomi. Hal itu masuk akal karena sendi-sendi kehidupan berbangsa—yang salah satu fundamentalnya adalah iptek—amat rapuh di sini. Salah satu indikator yang sering disebut-sebut adalah rendahnya anggaran iptek yang kurang dari 0,5 persen produk domestik bruto. Sementara negara yang berambisi menjadi negara maju, seperti China, terus menaikkan anggaran ipteknya.

Tinggi rendahnya anggaran iptek itu sendiri juga mencerminkan tinggi rendahnya komitmen iptek di kalangan politisi Indonesia. Di negara lain, iptek disadari semakin memainkan peranan dalam kehidupan politik. Isu pangan dan energi, juga isu kesehatan seperti flu burung, atau juga isu keamanan seperti yang menyangkut pengayaan uranium oleh Iran atau pengembangan rudal balistik oleh Korea Utara, terkait dengan iptek untuk memahaminya.

Tantangan ke depan

Ketika urusan dan krisis semakin kompleks, umat manusia dihadapkan pada berbagai tantangan baru. Misalnya, ketika jumlah penduduk makin banyak dan lahan pertanian makin sempit, pemerintahan di sejumlah negara dihadapkan pada pertanyaan sulit, yakni ”siapkah membuat terobosan dengan memperkenalkan tanaman pangan yang genetikanya dimodifikasi?” Atau, yang sebelumnya sudah sering muncul, ketika dihadapkan pada kesempitan energi, ”siapkah pemerintah memanfaatkan energi nuklir?” Lalu, kalau solusi yang diyakini adalah energi terbarukan nonnuklir, manakah yang harus diprioritaskan? Energi suryakah? Atau geotermal? Apa pun, semuanya membutuhkan adanya wawasan iptek untuk memutuskannya.

Sementara itu, lingkup wawasan iptek yang sebenarnya dibutuhkan oleh elite bangsa sebenarnya lebih luas lagi. Selain yang telah disinggung di atas, masih ada lagi soal kloning, bioterorisme, perang cyber, dan lainnya.

Dihadapkan pada realitas baru ini, pemerintah—seperti dikatakan Prof Katherine Pandora yang memberi kuliah tentang ”Science, Technology and Politics” di Universitas Oklahoma (2006)—terus-menerus dihadapkan pada tekanan untuk memutuskan apa yang harus didukung dan didanai dalam kebijakan iptek. Sementara itu, warga negara individu hidup dalam konsekuensi keputusan pemerintah, tidak saja setahun atau dua tahun, tetapi bahkan bergenerasi-generasi kemudian. Makanan yang kita makan, udara yang kita hirup, air yang kita minum, mesin yang kita gunakan dalam pekerjaan, sistem yang kita ada di dalamnya, lalu bagaimana kita hidup dan mati, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, merupakan bagian dari jaringan lebih besar yang ada di bawah naungan pengaruh iptek dan politik.

Dalam konteks itulah masih terus diharapkan keterbukaan para politisi terhadap wawasan iptek yang semakin besar peranannya dalam kehidupan warga individu maupun kehidupan kebangsaan.

[ Read More.. ]

Kamis, 19 Februari 2009

INFORMASi SOSIALISASI

SMA Muhammadiyah Kota Tegal bekerja sama dengan KPU Kota Tegal, berencana akan mengadakan Sosialisasi Pemilih Pemula bagi siswa-siswi SMA Muh yang IsyaAllah akan dilaksanakan pada :

Hari : Selasa, 24 Februari 2009
Waktu : 12.10 (usai shalat dzuhur) s/d selesai
Tempat : Aula SMA Muhammadiyah Tegal
Jl. Kartini No 47 Tegal

diutamakan bagi siswa kelas XII yang sudah memiliki hak pilih pada pemilu legislatif dan presiden bulan april 2009, sehingga diharapkan para siswa mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara.


[ Read More.. ]

Rabu, 18 Februari 2009

WAJAH BURUK PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh : Neneng Hermawati
Post : www.duniapendidikan.wordpress.com

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, sebab pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti sandang, pangan, dan papan, Namun, sangat miris rasanya melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.

Berbagai masalahpun timbul, mulai dari sarana yang tidak memadai, membengkaknya anak putus sekolah, kurikulum yang gonta-ganti, ketidakprofesionalan para pendidik, sampai kepribadian peserta didik yang jauh dari yang diharapkan.

Bila dilihat dari segi kualitas pendidikan kita, menurut penelitian Human Development Indeks (HDI) tahun 2004, Indonesia berada di urutan ke 111 dari 175 negara. Begitupun menurut majalah Asia Week yang melakukan penelitian terhadap Universitas terbaik di Asia, dalam majalah ini disebutkan bahwa tidak satupun Perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI berada di peringkat 61 untuk kategori universitas multidisiplin, UGM diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, Unair diperingkat 75, sedangkan ITB diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah dibandingkan universitas nasional sains dan teknologi Pakistan. Selain itu dilihat dari kepribadian perilaku pelajar kita, tidak sedikit dari mereka yang tawuran antar sekolah atau antar perguruan tinggi, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, ataupun perilaku mereka yang sudah tergolong dalam tindak kriminal. Seperti geng motor yang kebanyakan anggotanya masih berstatus pelajar.

Beginilah wajah buruk pendidikan kita, setidaknya bila kita cermati terdapat dua faktor yang mempengaruhi gagalnya pendidikan yang berlaku di Indonesia. Pertama, paradigma pendidikan nasional. Kedua, mahalnya biaya pendidikan. Diakui atau tidak sistem pendidikan yang berlaku saat ini adalah sistem pendidikan yang memisahkan peranan agama dari kehidupan. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab ke VI tentang jalur jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagamaan, dan khusus. Adanya pembagian pendidikan umum dan keagamaan yang terdapat pada pasal tersebut memberikan gambaran bahwasanya pendidikan kita memang dikotomi. Pendikotomian pendidikan melalui kelembagaan dapat terlihat dari pendidikan agama terdapat pada madrasah-madrasah, institut agama, dan pesantren. Dan lembaga-lembaga tersebut dikelola oleh Departemen Agama. Sementara pendidikan umum melalui Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Kejuruan, serta Perguruan Tinggi dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan seperti ini tentu saja tidak akan melahirkan peserta didik ayang memiliki kemamapuan menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi sekaligus juga memiliki kepribadian berupa perilaku yang mulia. Padahal tujuan pendidikan nasional sendiri adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Saat ini mungkin tidak sedikit dari output peserta didik kita yang berhasil menguasai sains dan teknologi melalui pendidikan umum, namun tidak sedikit diantara mereka yang kurang memiliki kepribadian yang mulia. Apalagi saat ini ukuran kelulusan peserta didik hanya dinilai dari Ujian Nasional (UN) saja, artinya para peserta didik hanya ditujukan untuk menguasai materi saja tanpa nilai spiritualnya. Disisi lain, mereka yang belajar di pendidikan agama memang menguasai ilmu agama dan secara relatif memiliki kepribadian baik, tapi tidak sedikit diantara mereka yang buta terhadap perkembangan sains dan teknologi. Akhirnya, sektor-sektor modern seperti perdagangan, industri, jasa dan lain-lain diisi oleh orang yang relatif awam terhadap agama.

Permasalahan mengenai biaya pendidikan pun ikut menambah buramnya kualitas pendidikan kita. Di zaman sekarang memang untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas baik harus menelan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat yang kurang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah yang kualitas pendidikannya bagus terpaksa hanya mendapatkan di sekolah yang terbatas sarana dan prasarananya. Di daerah-daerah banyak sekolah yang kurang berfungsi dengan baik, diantaranya kerusakan bangunan, sarana terbatas, namun dengan kondisi tersebut mereka tidak putus semangat untuk tetap terus belajar walaupun dengan fasilitas seadanya. Tidak dipungkiri bahwa tiap tahunnya, setiap jenjang pendidikan terus mengalami kenaikan biaya pendidikan, akibatnya banyak diantara mereka yang putus sekolah, atau bahkan tidak sekolah karena terhalang masalah biaya. Bagaimana mungkin tetap mencapai tujuan nasioanal yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa ?! Memperoleh pendidikan pun sulit untuk diperoleh !

Oleh karena itu, perlu adanya penyelesaian problem pendidikan secara mendasar yaitu dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh mulai dari merubah paradigma pendidikan nasional yang memisahkan pendidikan umum dengan pendidikan agama, menjadikan peranan agama sebagai landasan dalam proses pendidikan. Pendidikan agama tidak hanya diberikan satu kali dalam seminggu tapi juga harus dijadikan dasar atau landasan bagi mata pelajaran lainnya, sehingga akan melahirkan peserta didik yang tidak hanya menguasai sains dan teknologi tapi juga memiliki akhlak yang baik. Selain itu juga untuk mengatasi komersialisasi pendidikan diperlukan peranan negara dalam hal ini pemerintah untuk melakukan upaya yang sistematis merubah paradigma pendidikan yang komersial dengan menyediakan sarana dan sarana pendidikan yang memadai, bermutu tinggi, dengan biaya yang dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat tanpa ada perbedaan berdasarkan kualitas pendidikan ditentukan oleh berapa besar biaya pendididkan yang dikeluarkan. Peran serta pemerintah ini sebenarnya sebagai bagian dari pelayanan terhadap masyarakat dalam hal mencapai tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian dari perubahan tersebut akan melahirkan peserta didik yang berkualitas sehingga mampu memegang peranannya sebagai generasi penerus bangsa yang akan membawa pada kemajuan.

[ Read More.. ]

Menggagas Sekolah Berbasis Karakter

Tulisan ini disampaikan oleh ;
Drs Najib Sulhan MA
Direktur Perguruan Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya

Dipublikasikan oleh : www.suaraguru.wordpress.com

Berbagai bentuk sekolah muncul dengan “Brand” yang bermacam-macam. Ada sekolah yang berbasis IT. Ada juga sekolah yang berbasis tauhid. Aja juga sekolahyang diberi nama sekolah “kreatif”, sekolah “terampil” Bahkan ada pula sekolah yang hanya mengandalkan hasil ujian nasional atau sering disebut dengan sekolah berbasis unas.

Dari model yang digagas itu sengaja setiap sekolah menjual nama “Brand image”. Hendak di bawa ke mana sekolah ini. Atau apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan bagi sekolah ini. Sekolah yang berbasis IT tentunya lebih menonjolkan IT sebagai penguat sekolah. Semua informasi ke orang tua, bahkan pembelajaran, melalui pendekatan IT. Sementara sekolah yang berbasis tauhid, lebih banyak pada pendekatan spiritual.

Sejak digulirkannya Ujian Nasional untuk SMP dan SMA serta Ujian Akhir sekolah Berstandar Nasional (UASBN), banyak sekolah mendisain sekolah berbasis Ujian Nasional. Semua pendekatan pembelajaran mengarah pada hasil ujian akhir. Ranah kognitif menjadi vokus utama. Sementara untuk afektif dan psikomotor terabaikan. Hal ini telah memunculkan berbagai polimek dalam pendidikan.

Lebih tragis lagi, tidak jarang sekolah keluar dari koridor yang sesungguhnya dalam mendidik anak. Berbagai cara dilakukan agar hasil unasnya bisa tercapai maksimal, 100% dengan hasil terbaik. Praktik kecurangan dilakukan untuk membangun kepercayaan ke masyarakat bahwa sekolah ini menghasilkan lulusan yang terbaik. Sampai-sampai muncul berbagai kasus, ada yang mencuri soal, ada yang memberikan jawaban di kamar mandi, ada yang mengirimkan SMS, bahkan ada yang melakukan kerjasama begitu rapi. Guru membuat kunci jawaban kemudian diberikan kepada anak yang duduk di depan dan selanjutnya lembar jawaban diangkat supaya bisa ditiru oleh siswa yang di belakangnya. Jika praktik seperti ini sudah dimulai sejak di SD. Kita bisa membayangkan, bagaimana pendidikan kita jika hal ini terus dilakukan? Bisa-bisa Indonesia akan meluluskan lulusan pembohong. Mudah-mudahan itu tidak terjadi.

Berawal dari realita ini, kami mencoba untuk menggagas “Sekolah Berbasis Barakater”. Kami sangat menyadari bahwa Ujian Nasional meskipun mengundang pro dan kontra, tapi ini realita yang sudah menjadi bagian dari system pendidikan di Indonesia. Dengan tujuan agar kualitas pendidikan di Indonesia meningkat. Untuk menjawab ini semua, para petinggi pendidikan yang bisa menjawab dengan realita yang ada sekarang ini.

“Sekolah Berbasis Karakter” kami gagas sejak bulan Januari 2007. konsep ini kami terapkan di Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya. Konsep yang berbentuk buku ini telah diberi komentar oleh Mendiknas, Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Dr. Rasiyo, Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur, Dr. Daniel M. Rasyid. Rektor ITS Prof. Ir. Priyo Suprobo, MS., Ph.D Dan masih banyak lagi komentar dari para tokoh pendidikan di Jawa Timur.

Di dalam Buku ini kami berusaha memberikan solusi terhadap masalah yang muncul dalam dunia pendidikan, terutama menyiapkan anak-anak didik menjadi anak-anak yang memiliki kepribadian utuh. Selain tetap pada system yang berjalan, kepribadian anak serta idealisme guru tetap terjaga. Saya tidak berharap dengan adanya sistyem yang ada ini, menghapus berbagai potensi yang sudah dimiliki anak. Sehingga terjadi pembunuhan karakter sejak dini atas nama pendidikan. Lebih jauh lagi, kita semua harus tetap menjaga karakter anak, jangan sampai kejujuran mereka ternoda dengan kebohongan-kebohongan untuk tujuan sesaat.

Kami menuangkan konsep pendidikan yang bertumpu pada sifat dasar manusia dengan menggunakan tiga pilar utama. Pertama, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu memiliki kecenderungan berbuat baik. Untuk itulah sifat Rasulullah Muhammad SAW menjadi tauladan yang harus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari agar fitrah itu terus terjaga. Jangan sampai karena tujuan sesaat itu merusak fitrah manusia. Terutama anak-anak kita. Pilar pertama ini adalah pembentukan moral. Kedua, setiap anak cerdas. Artinya, tidak ada anak yang bodoh, semua anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Untuk itulah kecerdasan yang berbeda itu perlu dikembangkan sesuai dengan potensinya. Pilar kedua adalah pengembangan kecerdasan majemuk. Ketiga, setiap aktifitas mempunyai tujuan, begitu pula dalam pembelajaran. Untuk itu setiap pembelajaran lebih ditekankan pada kebermaknaan pembelajaran. Apa artinya anak sekolah apabila tidak memiliki makna buat anak itu serta ke depan untuk membangun bangsa yang bermoral dan berwibawa. Untuk itulah berbagai pendekatan yang mampu menggugah anak untuk belajar mandiri dalam mencapai tujuannya. Kami berusaha mendekatkan antara output dan outcome.

Dalam memahami tiga pilar yang ada, sekolah tidak bisa melangkah sendiri. Ketiga pilar itu perlu dukungan dari orang tua. Antara sekolah dengan orang tua saling memberikan dukungan. Dengan demikian akan terwujud sebuah harapan. Dan semua itu tidak lepas dari rasa tanggung jawab yang kuat dan kerja keras untuk tujuan membangun karakter anak bangsa. “Sekolah Berbasis Karakter” ini bisa diterapkan oleh siapa saja. Sebagaimana saran Dr. Rasiyo agar konsep ini bukan untuk kalangan tertentu, tetapi semua kalangan bisa melaksanakan. Ada beberapa langkah yang bisa diterapkan dalam konsep ini.

Pilar Pertama: Pembentukan Moral
Pada pilar pertama ini penekananya pada pembiasaan dan pendampingan. Ada langkah-langkah untuk pembiasaan dan pendampingan: Pertama, memasukkan konsep moral pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara: a) Menanamkan nilai kebaikan kepada anak (Knowing the good), b) Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik (Desiring the good), c) Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (Loving the good), d) Senantiasa melaksanakan perbuatan baik (Acting the good). Kedua, membuat slogan-sloga yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah. Ketiga, pemantauan secara kontinyu atau pendampingan guru setiap saat. Pemantauan ini meliputi tiga hal, khususnya dalam soft competence, yaitu perilaku, kosep diri anak, dan motivasi. Keempat, pendampingan orang tua di rumah dengan memberikan penilaian terhadap perilaku anak di rumah. Selanjutnya dikonsultasikan dengan guru di sekolah.

Pilar Kedua: Pengembangan Kecerdasan Majemuk
Setiap anak memiliki kecerdasan. Dengan kata lain, tidak ada anak yang bodoh. Profesor Howard Gardner dalam sebuah penelitiannya menyatakan bahwa ada minimal 9 kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Hal ini memberikan peluang kepada setiap manusia untuk mengembangkan setiap kecerdasan yang dimilikinya. Sembilan kecerdasan itu adalah, kecerdasan spiritual, linguistic, logis-matematik, visual-spasial, kinestetik-jasmaniah, musical, interpersonal, intrapersonal, dan natural.
Dengan mengembangkan kecerdasan majemuk di sekolah, maka seorang guru bisa mengetahui gaya belajar anak sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh anak sehingga guru juga bisa menyesuaikan dengan gaya mengajarnya. Selain itu, guru bisa mengembangkan potensi kecerdasan yang telah dimiliki sebagai benih awal untuk mengarah pada puncak prestasi dan kesuksesan anak. Hal ini dilakukan bersama orang tua.
Selama ini masih banyak orang yang terpaku pada tes IQ yang telah dikembangkan oleh Binnet. Hal inilah yang sering membuat orang tua resah. Dengan hasil tes IQ yang tidak menguntungkan seolah-olah sudah suramlah masa depan anak. Sejak Daniel Goelman menginformasikan hasil penelitiannya, bahwa kesuksesan anak 20% ditentukan oleh IQ sementara 80% ditentukan oleh Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ), maka ini dapat mengurangi keresahan orang tua.

Pilar Ketiga: Kebermaknaan Pembelajaran
Sekolah haruslah bermakna bagi siswa dan lingkungannya. Apa artinya anak ke sekolah jika tidak memberikan manfaat. Banyak waktu yang dihabiskan oleh anak di sekolah tetapi tidak mendapatkan apa-apa sehingga tidak jarang anak-anak merasa bosan di sekolah dan akhirnya malas ke sekolah.

Untuk mewujudkan agar pembelajaran memiliki kebermaknaan, maka ada langkah-langkah yang strategis untuk dilakukan oleh sekolah atau guru. Pertama, sekolah melihat kebutuhan anak dan masyarakat. Kedua, setiap guru menentukan tujuan materi yang diajarkan kepada anak. Ada dua tujuan dalam proses pembelajaran, pertama higt base education, pendidikan yang berorientasi pada kejenjangan. Lulusan memiliki nilai yang baik sehingga bisa memilih sekolah yang diharapkan. Kedua, broad base education, pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup. High base education akan menghasilkan output yang baik dan broad base education akan menghasilkan outcome yang berkualitas. Kami mencoba mendekatkan antara output dengan outcome. Email: najibsulhan@gmail.com

[ Read More.. ]

Selasa, 17 Februari 2009

Antivirus

Alhamdulillah Amin dapt mengumpulkan beberapa Antivirus lokal
ini dikarenakan beberapa waktu lalu banyak yang bertanya tentang Virus dan Antivirusnya
yah mungkin ini dikarenakan semakin banyaknya kompi yang terganggu karena virus
yah mungkin virus ini atau si pembuat virus menurut saya hanya dalam proses pembelajaran
ya kita harus memakluminya....
mungkin dari hasil proses pembelajaran itu akan timbul hasil yang positif, sehingga mereka akan berbalik arah menciptakan beberapa penangkal virus lokal semoga..
Ini hasil pencarian Antivirus lokal yang dibuat oleh anak bangsa

SMADAV 3.7
TAV (antivirus)
Removit
USB scan
AVIgen antivirus
Ansav beta-Setup
BrontokBro
Mawar
AliAV


Coba ja th semuanya.. mungkin akan lebih efektif....
wassalam
[ Read More.. ]

Senin, 16 Februari 2009

Pra UN 2008/2009

Pra Ujian Nasional dan Ujian Sekolah SMA Muhammadiyah Kota Tegal
akan segera dilaksanakan, Pra UUN diharapkan memberikan output untuk memotivasi siswa guna memperoleh hasil UN yang maksimal

berikut Jadwal dan Perangkat Silahkan Unduh

Jadwal UN
Jadwal Tryout
Perangkat


Semoga bermanfaat bagi siswa SMA Muh Tegal
[ Read More.. ]

Minggu, 15 Februari 2009

Ujian Nasional 2009

Assalamualaikum Wr. Wb.

Sebentar lagi ujian Nasional Tahun Ajaran 2008/2009 akan dimulai
sudah siapkah kita dengan segala sesuatunya baik secara moril dan materiil
sesuai POS baru maka perubahan Nilai Standar kelulusan mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan pendidikan
Kalau kita runut POS UN sedikit ada peningkatan dalam standarisasi hasil UN
tetapi masih lebih fleksibel dibandingkan Tahun sebelumnya.
ini dapat dilihat jika kita memasukkan nilai Hasil Ujian Nasional Tahun 2007/2008
ada beberapa siswa jika menggunakan standar POS UN 2008/2009, maka dia akan lulus
Tetapi jika dilihat dari standar rata-rata lebih tinggi dbandingkan tahun 2007/2008

Yang mungkin menjadi pokok permasahalan adalah, hal ini akan menjadi bumerang bagi standar itu sendiri, mengapa ?
coba kita telaah dari Nilai terendah (4.00) yang boleh dua dan nilai (4.25), serta rata-rata 5.5
sehingga kemungkinan yang terjadi mungkin para siswa hanya berkonsentrasi pada mata pelajaran tertentu saja tapi itu baru prediksi saya tentunya sebagai penulis..

silakan download contoh soal, simulasi soal dan simulasi nilai
Fisika SMA
Bhasa Indonesia SMA
Bhasa Inggris SMA
Matematika
Program BinaNusantara
Simulasi Nilai


Semoga bermanfaat

Wassalammualaikum Wr. Wb.
[ Read More.. ]

PENGUMUMAN DAN JADWAL

Untuk siswa kelas XII yang mengulang Ujian Nasional 2012 dimohon untuk tetap berkomunikasi dengan pihak sekolah melalui walikelas masing- masing

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

BAGI SISWA YANG INGIN MEMBERIKAN KOMENTAR ATAU MELAKUKAN POSTING DAPAT DIKIRIMKAN MELALUI E-MAIL : SMAMUHTEG@GMAIL.COM
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Jadwal Adzan Kota Tegal dan Sekitarnya